Sudah hampir satu bulan saya di
Pare. Perasaan gamang makin menjadi-jadi. Seperti di postingan sebelumnya,
tujuan saya ke sini itu untuk belajar IELTS dengan target minimal 7,5 dan
Academic Writing. 2 minggu kemarin belum terlalu berasa perasaan ngga enakannya.
Sekarang sudah pindah ke tempat kursus yang mengharuskan kita untuk fokus. Sayanya
langsung masuk ke kelas establish, tingkatan paling tinggi di kursusan ini. Di
awal-awal lumayan kaget karena udah sekian lama ngga nyentuh IELTS dan hal-hal
akademis lainnya. Setiap pagi kelas dimulai dari jam 5.30 sampai malam jam 9.
Hectic sekali, jeda waktunya Cuma 30 menitan.
Friday, 19 February 2016
Monday, 1 February 2016
From Aceh To Pare (Part I)
Satu yang harus
dipahami dari Pare Kampung Inggris adalah, ini bukan negeri ajaib di mana kamu
bisa langsung bisa Bahasa Inggris kilat dan cas cis cus. Yang tadinya mungkin
pernah dengar kalau satu kampungnya bicara Bahasa Inggris, A BIG NO! Yang
pernah dengar kalau semua orang jualan pada transaksi dalam Bahasa Inggris,
juga A BIG NO. Malah ada yang Bahasa Indonesia nya ngga lancar, apa-apa ya Bahasa
Jawa. Memang ada para penjual yang berusaha untuk nyapa dan dialog dalam
English, which is a WOW. Yang kaya satu ibu jual Nasi Padang nanya 2 lembar
uang 2 ribuan, “Do you have two thousand two?” atau kaya waktu nyebrang ada
tukang jual cemilan yang bilang “Miss take care miss take care, because your
friend is very very much”. Itu kita lagi rame nyebrang jalan pake sepeda. Semua
penjual di sini kalau manggil para pendatang pasti pake Miss dan Mister. Itulah
Bahasa Inggris paling sering terdengar dari warga Pare nya. Singkat kata, Pare
adalah sebuah tempat di mana banyak sekali tersedia tempat kursus Bahasa
Inggris. Kalau kata temen se-camp ku, “Kalau di sini banyak kursus komputer,
kali bakal jadi Kampung Komputer ya”.
Subscribe to:
Posts (Atom)